Welcome to my blog

Don't hesitate to contact me

Minggu, 14 Juni 2009

Kenji Michitakasago: Bocah Penuh Penderitaan

Awalnya Kenji Michitakasago cukup bangga memiliki seorang papa yang asli Jepang. Setahun dua tahun, ia bersama keluarganya merasakan kebahagiaan, kasih sayang dari orang tua, dan bahagia sekali. Tapi sejak kehadiran orang ketiga, sikap papa Kenji menjadi berbeda sekali. Bahkan penyiksaan-penyiksaan yang tidak mereka sangka, itu bisa terjadi.
Bujuk rayu dari wanita selingkuhan itu membutakan hati ayah Kenji. Ia tega melakukan perbuatan yang kejam kepada Kenji dan Akira, adik Kenji. Pernah ketika Kenji dan Akira mengganggu ayah Kenji bersama wanita selingkuhannya, ayah Kenji mengikat Kenji dan Akira lalu menggelindingkan mereka dengan tangga dari lantai atas ke bawah.
"Waktu itu saya berpikir hidup saya hanya sampai disini. Sepanjang saya ditendang bergelinding saya hanya bisa menangis," kisah Kenji.
Kenji tak menduga bahwa perlakuan sadis papanya belum berakhir. Hingga satu malam peristiwa tak terduga mengejutkannya. Ketika ia beserta adiknya dan mamanya sedang tidur, papanya melemparkan kaleng susu yang terbuka yang berisikan kelabang-kelabang.
"Saya terbangun ketika ibu saya berteriak minta tolong. Ayah saya melemparkan kaleng berisi kelabang itu bermaksud seandainya saja kami bisa dibunuh, jadi orang akan mengira kami mati karena ini. Tapi ternyata sewaktu itu saya merasakan bahwa Tuhan itu menjaga kami. Dan papa dengan santainya mengambil baju lalu pergi tidak terjadi apa-apa. Jadi kami seperti dianggap seakan-akan kami palingan akan mati. Ia tidak merasakan apa-apa jika istri dan anak-anaknya mati. Ia tidak meninggalkan uang atau apa-apa, setelah itu ia hanya mengangkut baju lalu pergi," kisah Kenji.
Tinggal bersama papa tiri
Dikarenakan tak sanggup menanggung beban yang menindih hidupnya, Kenji bersama mama dan adiknya merantau ke Jakarta dan mencoba hidup yang baru. Di Jakarta Kenji dikenalkan dengan seorang pria yang akan menjadi ayah tirinya.
Kenji berkisah, "Hubungan papa tiri dengan saya dari awal sudah tidak baik semenjak bertemu. Suatu ketika ketika subuh saya dibangunkan untuk menyiapkan makanan untuk dia, dan saya tidak bangun. Kemudian dia tendang saya, dia menyeret saya keluar dari kamar dan saya diikat. Mama saya tidak bisa menolong, dan hanya bisa diam saja. Dan ia hanya bisa menangis. Saya cuma merasa ketakutan sekali. Saya memikirkan ayah saya dan berpikir, 'Kalau boleh papa saya tuh mati.'
Perihnya pukulan dan aniaya dari ayah tirinya membuat Kenji memutuskan untuk meninggalkan rumahnya.
"Waktu saya di jalan, saya tidurnya di kolong jembatan, di stasiun rel kereta api, di pinggir jalan... Itu menjadi tempat tidur saya," kisah Kenji.
Kenji ingin bekerja dengan keringatnya, dengan halal, meskipun ia harus menyemir sepatu di jalan. "Dan waktu itu saya tidak berpikiran dengan uang yang berkelimpahan. Saya hanya berpikir saya mau merasakan tidak ada lagi orang yang menyiksa saya. Dan saya juga bisa bermain game, di tempat mainan ding-dong, dengan uang mainan saya sendiri tanpa penyiksaan dari ayah tiri saya. Itu yang saya cari di jalan."
Di jalanan saya mulai berani menawarkan diri untuk menyemir sepatu orang. Itu yang Kenji lakukan hari demi hari. Hingga suatu ketika Kenji bertemu dengan seorang pelanggan dimana ketika ia membayar tetapi Kenji tidak memiliki kembalian karena orang itu adalah pelanggan pertamanya di hari itu. Lagi-lagi Kenji menemukan siksaan. Pelanggan itu menganggap Kenji berbohong lalu mengusir Kenji dengan menendangnya.
"Akhirnya saya jalan tanpa hasil uang yang seharusnya saya dapat. Selagi jalan saya merenungi nasib saya - "Kenapa kok penyiksaan ini datang lagi?" Di sepanjang jalan saya menangis. Saya bilang hidup saya itu seperti tidak ada artinya," kisah Kenji.
Penderitaan yang dialami Kenji seakan tak akan pernah berakhir. Ditinggalkan oleh ayah kandungnya. Disiksa oleh ayah tirinya. Hingga membuatnya memilih tinggal di jalan. Kenji merasakan bahwa hidupnya seakan tidak ada artinya lagi.
"Ketika berjalan di pinggir jalan tuh ingin bunuh diri. Saya merasa kaki saya berat sekali untuk melangkah ke tengah jalan itu. Saya tidak tahu kenapa..." kisah Kenji tentang percobaan bunuh dirinya yang ia ingin lakukan ketika berusia 9 tahun.
Tinggal bersama tante, apakah kehidupanku akan berubah?
Selepas dari percobaan bunuh diri itu, Kenji diajak tinggal bersama dengan tantenya. Namun ia tak pernah menyangka akan apa yang harus ia hadapi di sana.
"Waktu itu kebetulan tante saya pergi ke luar kota selama 3 hari. Dan waktu itu, anak-anak tante saya itu menyiksa saya. Mereka menyuruh saya menyeterika seragam sekolah mereka. Jika saya tidak lakukan apa yang mereka suruh, mereka akan menyeterika tangan saya. Setelah saya diseterika, mereka memperlakukan saya seperti binatang juga. Saya dimasukin di kandang anjing herder dan saya disuruh tidur disana bersama dengan adik saya. Disitu saya merasakan seperti binatang. Saya dijadikan satu dengan anjing, tidur disana, makannya disana, dan buang air juga disana," kisah Kenji menceritakan bagaimana ia mendapati siksaan juga di tempat tinggalnya yang baru.
Saudara-saudaranya melakukan itu semua dikarenakan sirik dengan perlakuan tantenya. Jadi saudaranya melakukan itu agar Kenji dan adiknya tidak betah di rumah. Terus siksaan itu Kenji alami dan mereka juga mengancam Kenji agar tidak menceritakan hal tersebut kepada mami mereka atau tante dari Kenji.
Terkatung-katung menjadi anak jalanan
"Suatu ketika akhirnya saya tidak tahan dan saya ngomong ama tante. Akhirnya tante emosi dan menghajar anak-anaknya. Setelah tante itu menghajar anak-anaknya, saya kabur,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar